Keberadaan arsitek sebagai otak dari sebuah proyek pembangunan
Dalam sebuah proyek pembangunan, baik itu rumah, hotel, rumah sakit, tempat perbelanjaan, bahkan pabrik sekalipun, keberadaan arsitek berperan penting sebagai otak yang merancang alur dari jalannya aktivitas yang akan berlangsung di area yang akan dibangun. Kuncinya ada pada pengaturan.
Mengapa perlu dipikirkan dengan matang dan terencana? Agar aktivitas di dalam tempat tersebut mengalir dengan nyaman dan efisien. Sebuah bangunan berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan kita, maka rancangan yang dibuat arsitek hendaknya dapat memanusiakan manusia. Arsitek berperan penting untuk menjembatani antara manusia dengan bangunan sebagai fasilitas yang dibuat untuk menunjang kehidupannya. Tanpa arsitek, maka tak ada yang memikirkan aspek ini. Arsitek melihat secara garis besar, tim arsitek bekerjasama dengan tim yang memiliki berbagai spesialisasi. Dengan kerjasama yang baik, keduanya akan membuat sebuah proyek dapat berjalan secara efektif dan mencapai tujuan yang maksimal dan dapat dinikmati orang orang yang kelak menggunakannya.
Spesialisasi dalam arsitektur
Layaknya dokter, arsitek juga memiliki spesialisasi tersendiri. Jam terbang arsitek meliputi spesifikasi bangunan yang ia tekuni dari waktu ke waktu, dibentuk oleh pengalaman yang akan menentukan spesialisasi mana yang paling ia kuasai dan selaras dengan semangatnya.
Apakah Arsitek hotel lebih baik dari arsitek rumah tinggal? Belum tentu.
Tiap-tiap proyek yang dikerjakan seorang arsitek punya menghadirkan tantangan dan fokusnya masing masing.
Misalnya ketika seorang arsitek mengerjakan proyek pembangunan pabrik, yang akan menjadi pertimbangan adalah bagaimana alur masuk penempatan barang , alur kerja, alur orang yang berkepentingan lalu lalang. Tujuan utamanya mungkin akan meliputi bagaimana proses loading barang bisa berjalan dengan efisien, arsitek memikirkan radius truk yang melintas dengan lalu lintas di area tersebut. Keadaannya akan jauh berbeda dengan proyek pembangunan hotel. Berdasarkan fungsi, hotel terbagi menjadi dua area front office dan back office. Bukan hanya sekedar mengatur estetika, arsitek memikirkan bagaimana agar alur ‘belakang layar’ sebagai tulang punggung sebuah hotel dapat berjalan dengan lancar dan tidak bersinggungan dengan tamu, faktor ini tidak terlihat kasat mata namun menyumbangkan andil yang besar dalam faktor kenyamanan dan pelayanan.
Arsitek yang menekuni spesialisasi bangunan rumah tinggal akan fokus pada bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi sebuah hunian yang nyaman dan dapat dinikmati untuk bertahun-tahun lamanya. Sedangkan arsitek dengan proyek skala besar mungkin akan mengutamakan kemudahan eksekusi, orang yang akan merasakan bangunan tersebut juga tidak akan berdiam dalam waktu yang lama, maka prioritasnya pun akan berbeda.
Ketika memilih arsitek, tentukan spesialisasinya sesuai dengan kebutuhan anda sehingga fokusnya akan sesuai dengan bangunan yang anda akan buat.
Mengapa desain bangunan rumah tinggal butuh lebih banyak detail dibandingkan bangunan untuk komersil?
Bangunan rumah tinggal yang baik adalah bangunan yang ‘low maintenance’, sebuah rumah adalah tempat bernaung yang diperuntukan untuk dapat ditempati seumur hidup. Bila bangunan dipersiapkan dengan baik, maka akan sangat memudahkan bagi penghuninya untuk menjaganya tetap terawat.
Berbeda dengan fungsi-fungsi bangunan yang lain, rumah memiliki interaksi yang sangat intens dengan penghuninya, dan interaksi tersebut akan berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama, bahkan kadang seumur hidup penghuninya. Oleh karena itu, pada saat merancang sebuah rumah arsitek dituntut untuk memikirkan lebih banyak detail dibandingkan ketika merancang sebuah bangunan komersil.
Segala aspek yang terpikirkan untuk kemudahan dan kenyamanan penghuninya dicarikan solusinya yang akan tertuang dalam detail-detail bangunan.
Kuncinya ada pada perancangan yang terencana. Arsitek mempertimbangkan karakter klien, gaya hidupnya, kecenderungannya, dan tiap proyek punya keunikan dan tantangan tersendiri karena setiap individu punya karakter dan kebutuhan yang berbeda-beda. Dari kesemua latar belakang tiap klien, arsitek membuat rumah yang sesuai untuknya, dengan pertimbangan lahan dan budget, semua aspek harus dapat bertemu di tengah. Layaknya seorang perancang yang menjahitkan baju, semua diukur dengan teliti agar terasa pas, nyaman, awet dan enak dilihat. Semua pertimbangan ini melampaui estetika. We make a house a home.
Perencanaan yang matang juga akan mengurangi improvisasi di lapangan, meminimalisir biaya tak terduga. Pendekatan ini mungkin terlihat lebih ‘repot’ di awal tapi akhirnya tujuannya adalah memudahkan hidup anda. Dengan begitu, rumah akan menjadi tempat yang menyehatkan dan menunjang kualitas hidup penghuninya.
Priesto Naray
Priesto Naray memulai pendidikan teknik arsitektur dari Universitas Katolik Parahyangan di tahun 2001. Cita-citanya untuk menjadi Arsitek sudah menjadi panggilan dalam jiwa sejak ia masih duduk di bangku SMP. Ketika memasuki usia SMA, ia melihat sebuah bangunan yang menarik perhatiannya, tak disangka, beberapa tahun kemudian (2006) ia berkesempatan kerja pada sebuah firma arsitektur milik anak perancang rumah tersebut (Tan Tik Lam). Arsitek itu bernama Tan Tjiang Ay, seorang maestro arsitektur Indonesia yang memiliki kecerdasan, keuletan dan karakter tersendiri dalam kiprahnya sebagai arsitek. Disana Priesto belajar banyak kaidah desain bangunan yang menjadi dasar pemikirannya untuk membuat rancangan hingga kini.
Dalam perjalanannya Priesto sudah banyak terlibat dalam pembangunan berbagai jenis proyek, dari pabrik, resort, hotel hingga rumah tinggal. Priesto sudah berkiprah selama enam belas tahun di dunia arsitektur, nilai terpenting yang dipegangnya dalam membuat rancangan bangunan adalah keseimbangan, efisiensi dan kenyamanan.
Comments